SELAMAT DATANG di WEBSITE YAYASAN PENDIDIKAN UMUM SANTO LUKAS, Pademangan

Spiritualitas Santo Lukas sebagai Fondasi Nilai Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas

Spiritualitas Santo Lukas adalah seorang tabib, penulis Injil, dan pewarta kasih Allah. Spiritualitas Santo Lukas telah dikaji secara mendalam dan menginspirasi pembentukan karakter dasar Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas – Pademangan, Jakarta.

Spiritualitas Santo Lukas sebagai Fondasi Nilai Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas
Spiritualitas Santo Lukas sebagai Fondasi Nilai Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas

Berakar pada teladan hidup Santo Lukas, yayasan ini membangun pendidikan yang menyembuhkan, membebaskan, dan merangkul keberagaman, dengan fondasi kuat tiga pilar nilai dasar dan sepuluh nilai turunan yang terangkum dalam akronim SANTO LUKAS.

Pilar Nilai Dasar Spiritualitas Santo Lukas: Arah Dasar Pendidikan Santo Lukas

  1. Pendidikan yang Menyembuhkan dan Menyelamatkan
    • Beriman  pada Allah Tritunggal
    • tabib (dokter),  penulis Injil , Kisah Para Rasul.
    •  Fokus –    Yesus dan misinya :    penyembuhan fisik – rohani, belas kasih dan keselamatan universal.
      • Dasar biblical :
        1. Injil Lukas: Yesus Sang Penyembuh dan Wajah Belas Kasih Allah.
          • Yesus, sumber keselamatan universal/lintas  aneka sekat,    kaum Yahudi, non yahudi,  special ,    orang asing, miskin, tersingkir, dan berdosa;  dalam kisah:
            • penyembuhan sepuluh orang kusta (Luk 17:11-19),
            • perempuan berdosa yang diampuni (Luk 7:36-50),  
            • perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37). Maka :
            • belas kasih dan penyembuhan serta keselamatan  adalah inti dari karya misi Yesus,  mengangkat martabat manusia.
        2. Santo Paulus Rasul : Kasih Kristus Mendorong Pelayanan dan Pendidikan yang Membebaskan, memperkuat visi Lukas mengenai belas kasih dan martabat manusia.
          • 2 Korintus 5:14-15,  : “Kasih Kristus yang menguasai kami…”   bahwa pelayanan dan pengajaran atas  dasar iman bersumber dari kasih yang telah mereka alami sendiri.   
          • Ef 4:22-24 :  membangun manusia baru dalam Kristus :   hidup dalam kebenaran dan kasih. Ini menjadi dasar spiritual bagi pendidikan kristiani  yakni  intelektual dan  transformasi hidup.
          • Galatia 3:28,  dalam Kristus tidak ada lagi perbedaan status sosial atau etnis – pengangkatan martabat semua orang.
      • Konsili Vatikan II: Pendidikan sebagai Bagian dari hormati Martabat dan Perutusan Gereja. Konsili Vatikan II  :  pendidikan adalah hak semua manusia, sebagai perwujudan dari martabat yang melekat pada setiap pribadi. Dalam dokumen-dokumen:
        1. Gravissimum Educationis,: “Setiap orang/ manusia mempunyai hak yang tak dapat dicabut atas pendidikan yang sesuai dengan tujuan akhir pribadinya, dengan sifat, perbedaan jenis kelamin, kebudayaan dan warisan nenek moyang…” (GE, 1). Pendidikan  :  intelektual , pembinaan hati nurani ,  nilai-nilai Kristiani, arahnya untuk pribadi yang utuh dan solider.
        2. Gaudium et Spes : sukacita dan harapan, duka dan kecemasan dunia terutama yang miskin dan tersingkir, adalah juga milik para murid Kristus (GS, 1). Ajaran ini sejalan dengan visi Lukas: para beriman bersama Yesus melanjutkan karya itu melalui pendidikan dan pelayanan.
      • Para Pakar Pendidik: bahwa  Pendidikan itu  Tindakan Belas Kasih dan Pembebasan. pendidikan Kristen tidak netral,   harus membebaskan, memberdayakan, dan berpusat pada pengalaman hidup (Relevansi untuk Pendidikan:  YPU terinspirasi dari Lukas,  bahwa pendidikan   bertujuan untuk mencerdaskan otak,   menyembuhkan luka batin, sosial, dan spiritual,   menyelamatkan manusia dari kebodohan, keterasingan, dan ketidakadilan, pemulihan martabat seluruh ciptaan.)
        1. Groome (1998):  pendidikan iman adalah “shared Christian praxis” — suatu proses dialogis di mana peserta didik dan pendidik bersama-sama merefleksikan hidup dalam terang Injil. Bdk cara Yesus dalam Injil Lukas, yang kerap berdialog, menyentuh hati, dan memperhatikan kebutuhan konkret umat.
        2. Paulo Freire (2000),    pendidikan harus membangunkan kesadaran kritis dan menolak model “banking” (guru menuang, murid menerima). Pendekatannya dapat dimaknai secara spiritual sebagai panggilan untuk menyadari belenggu dosa struktural, seperti ketidakadilan, kemiskinan, dan diskriminasi — isu-isu yang juga menjadi perhatian Lukas.
        3. Green (1997), melukiskan penginjil  Lukas   menunjukkan  “keselamatan dalam Kristus   menyangkut jiwa, dan seluruh keberadaan manusia.” .pendidikan iman    berisi ajaran dan    mewujudkan kasih Allah yang menyentuh kehidupan nyata.
  2. Keseimbangan antara Kebenaran Iman dan Ilmu Pengetahuan-Teknologi Kaitan dengan Santo Lukas. Sebagai seorang tabib dan penulis Injil yang sangat terstruktur, Santo Lukas merupakan sosok beriman dan berpikir logis-rasional. Ia menggunakan pendekatan historis dan ilmiah dalam menyusun Injilnya (Lukas 1:1-4), menunjukkan bahwa iman dan akal budi saling melengkapi.   visi pendidikan Kristiani  yang holistik dan relevan, yakni menyatukan antara iman dan ilmu pengetahuan, dua dimensi penting dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya. Visi ini selaras dengan semangat Injil, ajaran Gereja Katolik, serta refleksi para pemikir pendidikan modern.
    • Dasar Biblical
      • Injil Lukas : Yesus dan Para Murid sebagai Pendidik Iman dan Akal Budi
        • Luk 4:15  : Yesus dalam misinya ,  menyembuhkan dan mengampuni, juga mengajar dengan penuh hikmat .
        • Lukas 2:52 mencatat bahwa “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, serta makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Ini adalah model ideal pendidikan Kristen: pertumbuhan menyeluruh dalam hikmat, rohani, sosial, dan fisik.Ia memadukan belas kasih dengan kebijaksanaan, menunjukkan bahwa pembentukan pribadi menyangkut baik hati maupun akal.
      • Dalam Kisah Para Rasul
        • Kis 17:16-34 Paulus berdialog dengan filsuf Yunani di Areopagus: Para rasul tidak hanya mewartakan iman, juga menunjukkan keterbukaan terhadap budaya dan pengetahuan zaman mereka. Ini menunjukkan bahwa iman tidak mengasingkan diri dari ilmu dan budaya, dan menjalin dialog yang memperkaya.
    • Konsili Vatikan II: Iman dan Ilmu Bersinergi untuk Kemajuan Manusia  tegas mendukung integrasi iman dan ilmu:
      • dokumen Gaudium et Spes. Dinyatakan bahwa: “Penemuan penemuan ilmupengetahuan, sejarah dan filsafat, bila dipelajari secara benar dan sistematis, tidak pernah bertentangan dengan iman, sebab hal-hal duniawi dan perkara-perkara iman berasal dari Allah yang sama.” (GS, 36)   Maka   pendidikan Kristen yang menggabungkan sains, teknologi, dan nilai-nilai Injili bukan hanya mungkin, tetapi justru menjadi panggilan Gereja untuk zaman ini. Pendidikan : transfer ilmu, formasi hati nurani dan keterlibatan dalam masyarakat.
    • Ajaran Para Paus: Ilmu sebagai Jalan Menuju Allah
      • Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Fides et Ratio (1998) menulis:“Iman dan akal bagaikan dua sayap yang digunakan oleh jiwa manusia untuk terbang menuju kontemplasi akan kebenaran.” (FR, 1)Pernyataan ini menegaskan bahwa iman dan ilmu (reason) saling melengkapi.
      • Paus Fransiskus : Di tengah kemajuan sains dan teknologi abad ke-21, Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ (2015) juga mengajak umat Katolik untuk terlibat dalam pendidikan ekologis dan sains terapan sebagai wujud cinta kasih dan tanggung jawab moral terhadap ciptaan.  Maka pendidikan itu memadukan iman dan ilmu adalah jawaban konkret Gereja terhadap tantangan zaman modern.
    • Pandangan Para Pakar Pendidikan: Pendidikan Holistik dan Kontekstual
      • Thomas Groome (1998) menyebut pendidikan iman  sebagai shared praxis — yakni suatu pendekatan yang menyatukan refleksi teologis dan pengalaman nyata peserta didik. Pendidikan bukan sekadar memberi informasi, melainkan membentuk manusia yang mampu berpikir kritis, bermoral, dan bertindak berdasarkan iman. 
      • Parker Palmer (1998) menekankan pentingnya keutuhan pribadi dalam pendidikan. Menurutnya, pendidik yang efektif adalah mereka yang menyatukan pengetahuan, nilai, dan spiritualitas — bukan memisahkannya.    Di era digital dan globalisasi, pendekatan ini sangat relevan. Integrasi nilai Kristiani dengan ilmu pengetahuan memungkinkan peserta didik mengembangkan kompetensi teknis sekaligus karakter yang berbelas kasih, adil, dan reflektif.
    • Relevansi untuk Pendidikan untuk Pendidikan di Yayasan Santo Lukas yakni :
      • iman tidak bertentangan dengan ilmu,  keduanya berjalan seiring untuk membentuk pribadi yang cerdas dan bermoral, siap melayani dunia dengan iman yang hidup.
      •   menumbuhkan suasana belajar yang mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani dengan sains dan teknologi modern, sebagai fondasi pembelajaran abad ke-21.
  3. Hidup dalam Keberagaman
    • Injil Lukas ditulis khusus untuk orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain/Gentiles). Dalam pelayanannya, Lukas menunjukkan bahwa keselamatan ditujukan bagi semua orang tanpa memandang ras, status, atau latar belakang. Ia menekankan inklusivitas, kasih universal, dan perhatian pada kelompok yang terpinggirkan.
      • Dasar biblical
        • Injil Lukas: Keselamatan untuk Semua
          • Lukas 4:16-30 – Yesus menegaskan bahwa nabi tidak dihargai di tempat asalnya dan menyebut dua contoh non-Yahudi (janda di Sarfat dan Naaman dari Siria) yang menerima mukjizat, menandai awal inklusivitas dalam pewartaan-Nya.
          • Lukas 10:25-37 – Perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati menyoroti kasih tanpa batas dan menantang batas etnis dan agama.
          • Lukas 19:1-10 – Kisah Zakheus, seorang pemungut cukai yang dikucilkan, menjadi simbol pertobatan dan penerimaan oleh Yesus.
      • Konsili Vatikan II: Gereja sebagai Sakramen Kesatuan
        • Konsili Vatikan II (1962–1965) membawa pembaruan besar dalam memahami relasi Gereja dengan dunia modern, termasuk soal keberagaman. Vatikan II mempertegas bahwa keragaman budaya, ras, dan agama tidak bertentangan dengan iman, tetapi menjadi bagian dari dinamika kasih Allah kepada seluruh umat manusia.
          • Gaudium et Spes/kegembiraan &harapan  (GS, 1) menyatakan bahwa “sukacita dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang… adalah juga sukacita dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus.”
          • Lumen Gentium/terang bangsa – bnagsa (LG, 1) menggambarkan Gereja sebagai “sakramen keselamatan dan kesatuan umat manusia”.
          • Nostra Aetate (tentang hubungan Gereja dengan agama-agama non-Kristiani) menekankan penghargaan terhadap kebenaran yang ada dalam agama lain dan menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan ras atau agama.
      • Ajaran Para Bapa Suci:
        • 1Paus Fransiskus dan Hidup dalam Dialog. Paus Fransiskus secara konsisten mengangkat tema keberagaman dalam terang Injil:
          1. Dalam ensiklik Fratelli Tutti (2020), Paus menegaskan bahwa kita dipanggil menjadi “saudara satu sama lain”, melampaui batas-batas suku, bangsa, atau agama.”Kasih yang sejati tidak mengenal batas… Kita diciptakan untuk membentuk keluarga yang inklusif dan terbuka bagi semua” (Fratelli Tutti, no. 94).
          2. Dalam dokumen bersama dengan Imam Besar Al-Azhar (Abu Dhabi Document, 2019), ia mengajak umat dunia membangun budaya toleransi, dialog, dan hidup damai dalam keberagaman.
        • Paus Benediktus XVI dan Paus Yohanes Paulus II juga pernah menegaskan pentingnya membangun komunitas yang saling menghargai, dan menolak kekerasan atas dasar perbedaan.
        • Paus Yohanes Paulus II (1989Pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia dan menyampaikan pesan penting mengenai keberagaman dan persatuan nasional. Dalam kunjungannya, beliau menekankan bahwa dengan mengakui keanekaragaman yang sah, menghargai hak-hak manusia dan politik dari semua warga, serta mendorong pertumbuhan persatuan nasional berlandaskan toleransi dan sikap saling menghargai terhadap orang lain, masyarakat dapat meletakkan fondasi bagi masyarakat yang adil dan damai. Pesan ini disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Indonesia pada tahun 2024, mengutip pernyataan Santo Yohanes Paulus II tersebut .Detak Tribe+2ANTARA News Gorontalo+2ANTARA News+2ANTARA News+1ANTARA News Gorontalo+1
        • Paus Benediktus XVI (2012) Pada tahun 2012, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan Hari Perdamaian Sedunia dengan tema “Mendidik dalam Damai”. Dalam pesannya, beliau menekankan bahwa damai bukan hanya ketidakhadiran perang, tetapi juga mencakup penghormatan terhadap martabat manusia, komunikasi bebas antar manusia, dan praktik persaudaraan. Beliau menyatakan bahwa untuk menjadi pembuat damai, kita harus mendidik diri dalam rasa belas kasih, solidaritas, kerjasama, dan persaudaraan, serta aktif dalam komunitas dan peduli terhadap isu-isu nasional dan internasional .Keuskupan Agung Jakarta+1123dok+1
      • Para ahli pendidikan
        • Perspektif Pendidikan: Mendidik untuk Toleransi dan Dialog. Para ahli pendidikan Katolik menekankan bahwa pendidikan iman tidak hanya mencakup pengetahuan dogmatis, tetapi juga pembentukan sikap hidup yang terbuka dan dialogis.
          1. Thomas Groome, ahli pendidikan agama Katolik, menyebutkan pentingnya “shared Christian praxis” — pendidikan yang mendorong peserta didik menghayati Injil dalam konteks kehidupan nyata, termasuk hidup berdampingan dengan yang berbeda.
          2. Paulo Freire, meski bukan teolog, menyumbangkan pandangan pendidikan kritis yang humanistik: bahwa pendidikan harus membebaskan dan menghormati martabat setiap individu.
          3. Ki Hadjar Dewantara (tokoh pendidikan Indonesia) : Mengajarkan bahwa pendidikan bertujuan membentuk manusia yang berbudaya, beradab, dan menghormati sesama. Prinsip “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” cocok untuk menciptakan ruang belajar yang penuh kasih dan menghargai keberagaman. Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik (Kemenag RI), nilai inklusivitas, toleransi, dan keadilan sosial menjadi bagian dari tujuan pembelajaran iman.
          4. John Dewey (filsuf pendidikan)  : Menyatakan bahwa sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat demokratis di mana anak belajar hidup bersama dalam perbedaan dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
      • Menghidupi Semangat Santo Lukas dalam Dunia yang Majemuk, yakni :
        • Menghargai perbedaan sebagai bagian dari karya Allah;
        • Menghapus sekat-sekat sosial dan budaya yang memecah-belah umat manusia;
        • Menjadi saksi kasih universal Kristus melalui tindakan nyata terhadap mereka yang tersingkir.
      • Relevansi untuk Pendidikan di Yayasan Santo Lukas yakni :
        • menjadi komunitas pendidikan lintas sekat –batas  : suku, agama, budaya, status sosial, kemampuan.
        • Stakeholder   menghargai perbedaan sebagai kekayaan yang terus dirayakan  bukan ancaman.  
        •  Membangun pendidikan yang inklusif/memberdayakan , toleran, dan cinta damai dan bersaudara dalam semangat kasih Kristus.
        • Mendidik dengan hati, membangun karakter melalui pengalaman hidup bersama

Sepuluh Nilai Turunan SANTO LUKAS

Sebagai implementasi konkret dari spiritualitas Santo Lukas, Yayasan Santo Lukas merumuskan sepuluh nilai karakter sebagai berikut:

TAGNILAIMakna dan Implementasi
SSincerityKetulusan dalam melayani dan belajar, setia pada kebenaran tanpa kepentingan pribadi.
AAgilityKelincahan dan adaptasi dalam menghadapi perubahan zaman dengan kreatif dan luwes.
NNationalityMencintai tanah air dan berkontribusi aktif untuk persatuan dan keadilan sosial.
TTrustMenumbuhkan iman kepada Tuhan dan saling percaya di antara komunitas sekolah.
OOpen-mindedness & ManagementKeterbukaan berpikir dan kepemimpinan yang transparan, partisipatif, dan adil.
LLearning OrganizationSekolah sebagai komunitas pembelajar yang kreatif dan reflektif sepanjang hayat.
UUnited in Vision & MissionVisi bersama yang menyatukan seluruh elemen dalam semangat Injil.
KKindnessMenumbuhkan kasih dan empati dalam relasi sehari-hari.
AAccountabilityTanggung jawab pribadi dan sosial dalam belajar, bekerja, dan melayani.
SSolidarityRasa memiliki, kepedulian, dan semangat berbagi dengan yang lemah dan terpinggirkan.

Arah Implementasi dan Harapan

Nilai-nilai spiritualitas Santo Lukas akan diimplementasikan secara menyeluruh di lingkungan sekolah melalui pembentukan Tim Spiritualitas yang bertugas menggerakkan seluruh stakeholder pendidikan di yayasan.

Dengan menghidupi semangat Lukas, Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas berkomitmen membentuk pribadi yang:

  • Beriman teguh dan berilmu tinggi,
  • Berdaya juang dan berbelarasa,
  • Bersatu dalam keberagaman,
  • Bertanggung jawab dalam karya.

Warisan spiritual Santo Lukas menjadi lentera pendidikan Katolik yang hidup dan relevan. Pendidikan yang menyembuhkan, menyatukan, dan membebaskan adalah misi utama Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas. Dengan itu, sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan tidak hanya mencetak siswa cerdas secara akademik, tetapi juga utuh secara kemanusiaan dan teguh dalam iman.

Spiritualitas Santo Lukas dicetus oleh pengurus Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas periode: 2022-2026

a.n Pengurus: Sr. M. Ancilla, PRR (Wakil Ketua)

Andreas Martinus Harmin

Tukang Rutit n Ratit

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terima kasih sudah mengunjungi Webstie ini