SELAMAT DATANG di WEBSITE YAYASAN PENDIDIKAN UMUM SANTO LUKAS, Pademangan

Renungan Jalan Salib Katolik merupakan salah satu bentuk devosi Katolik yang mendalam, mengajak umat untuk merenungkan penderitaan Yesus melalui 14 stasi/perhentian/peristiwa menuju Golgota. Setiap stasi atau perhentian bukan sekedar simbol, tetapi ajakan untuk merenungkan kasih tanpa syarat, pengorbanan, dan keteguhan iman. Setiap langkah yang dilalui-Nya menjadi sumber kekuatan iman dan kasih yang tak terbatas bagi dunia.

Tulisan rohani ini merupakan karya Sr. Ancilla Fios, PRR, yang menyajikan renungan Jalan Salib 14 Stasi dengan sentuhan batin yang kuat dan menyentuh hati. Sangat cocok dibaca oleh pelajar, guru, maupun umat Katolik yang ingin memperdalam iman selama masa Prapaskah dan Pekan Suci.

Sebagai bagian dari kegiatan rohani tahunan, Doa Jalan Salib di lingkungan sekolah Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas Pademangan – Jakarta (menaungi unit TK dan SD Santo Lukas serta SMP dan SMA St. Maria Della Strada) telah menjadi sarana pendidikan karakter Kristiani yang berakar pada kasih dan pelayanan. Dalam doa ini, kita diajak meneladani Yesus—Sang Gembala Baik—yang berbagi hidup demi keselamatan umat manusia. Doa Jalan Salib yang merupakan satu devosi Katolik ini telah menjadi sebuah kegiatan rohani rutin tiap tahun di lingkup Yayasan di masa Prapaskah. Dokumentasi Ibadat Jalan Salib Sekolah Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas bisa dibaca di sini: Ibadat Jalan Salib Sekolah Yayasan Pendidikan Umum St. Lukas

Doa jalan salib sebagai kegiatan spiritual ini sebuah jalan mengakarkan , menyuburkn nilai -nilai yang asli dan mendasar dalam kehidupan manusia yang bermartabat dengan berprinsip kebahagiaan yang pada hakekatnya terletak pada berbagi hidup.

Bagi umat Kristiani, Yesus Kristus adalah teladan sempurna dalam hal berbagi hidup. Seluruh hidup-Nya dipenuhi ajaran yang bijaksana, bebas dari egoisme, dan tanpa kepentingan pribadi. Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Namun, karya-karya-Nya dianggap sebagai ancaman oleh para pemimpin politik dan agama saat itu. Akibatnya, Yesus disingkirkan dan disalibkan. Salib menjadi hukuman-Nya, tetapi juga awal dari kehidupan baru yang kekal.

Lembaga Yayasan Pendidikan Umum Santo Lukas yang berperan dalam Pendidikan dan pembentukkan orang muda melalui sekolah : TK, SD, SMP, dan SMP berkewajiban moral untuk membentuk manusia berilmu pengetahuan serta berkarakter yang menyelamatkan dan menyembuhkan dengan jalan membagi hidup.

Kami berpandangan bahawa doa jalan Salib menurut tradisi Gereja Katolik turut membentuk karakter yang menyembuhkan diri sendiri dan sesama dengan menginternalisasi dan mengimplementasikan nilai kasih, kemurahan hati, pengampunan dan berbuat baik dan terus berbuat baik.

“Baik” sebagaimana tuliasan Rasul Paulus yang menekankan sifat hidup yang berlandas kasih, kesabaran (1 Korintus 13:4), kemurahan hati (1 Korintus 13:4), tidak mencari keuntungan diri sendiri (1 Korintus 13:5), tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran (1 Korintus 13:6), kejujuran (1 Korintus 13:6), dan sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13:7).

Apa yang dimaksud dengan Jalan Salib?

Jalan Salib adalah Jalan hidup kita Memikul Salib. Ibadat Jalan Salib merupakan devosi yang dilakukan untuk mengenang kembali perjalanan penderitaan Yesus, sejak dijatuhi hukuman mati hingga wafat dan dimakamkan di Golgota. Ibadat jalan salib dilakukan umat Katolik setiap hari Jumat masa Prapaskah, baik itu pagi, siang maupun sore atau malam, juga boleh digantikan dengan hari lain dalam sebuah pekan. Bagi para religius, doa ini bahkan menjadi tradisi rutin setiap Jumat sepanjang tahun liturgi. Ibadat dapat dilakukan di gereja atau tempat ziarah yang memiliki jalur Jalan Salib. Terdapat 14 stasi/perhentian dalam doa ini, yang menjadi tanda untuk merenungkan setiap langkah Yesus saat memikul salib demi menebus dosa umat manusia.

Berkaitan dengan hal ini, umat katolik menciptakan teks sesuai dengan situasi konkrit , dapat juga memilih teks-teks doa jalan salib yang telah tersedia antara lain di buku teks Puji Syukur, buku Madah Bakti, buku Bapa Kami.

Berbicara tentang doa jalan salib, mengingatkan kita akan pesan Bapa Paus Fransiskus di acara Jalan Salib 2013 di Colosseum. Beliau menyampaikan bahwa Salib adalah jawaban Allah atas kejahatan di dunia. Meski terkadang Allah terlihat diam (seperti tidak berbuat apa – apa) terhadap kejahatan, kenyataannya Allah telah berbicara. Ia telah menjawab, dan jawabnya adalah Salib Kristus.

Salib Kristus – sebuah kata yang mengandung kasih, kemurahan hati, dan pengampunan. Kata ini juga menyingkapkan sebuah penghakiman, yakni Allah dalam menghakimi kita, Ia menghakimi dengan mengasihi kita. Ingat ini: Allah, dalam menghakimi kita, Ia mengasihi kita. Jika saya menerima kasih-Nya maka saya diselamatkan, jika saya menolakNya maka saya dilaknat, bukan olehNya melainkan oleh diri saya sendiri. Karena Allah tidak pernah melaknat, Ia hanya bisa mengasihi dan menyelamatkan.

Salib juga merupakan jawaban yang diberikan oleh seorang Kristen dalam menghadapi kejahatan, kejahatan yang terus bekerja di dalam dan sekeliling kita. Seorang Kristen harus membalas kejahatan dengan kebaikan, memikul salibnya seperti yang dilakukan Yesus. “…. Kita sekarang melanjutkan Jalan Salib ini dalam kehidupan kita. Kita melangkah bersama mengikuti jejak Salib sambil membawa dalam hati kita kata – kata kasih dan pengampunan, sambil menantikan Kebangkitan Yesus yang begitu mencintai kita. DiA itu ALLAH PUTERA yang penuh dengan cinta,” Paus Fransiskus,29 Maret 2013.

SUSUNAN DOA JALAN SALIB

Berapa peristiwa Jalan Salib? Daftar 14 Stasi/Perhentian Jalan Salib Katolik. 14 Perhentian Jalan Salib Apa Saja? Memperhatikan susunan Tradisi doa jalan Salib antara lain dalam buku Madah Bakti, alur 14 perhentian Jalan Salib adalah sebagai berikut: 

  • Perhentian I, Yesus dijatuhi hukuman mati
  • Perhentian II , Yesus memanggul salibNya
  • Perhentian III, Yesus jatuh untuk pertama kalinya
  • Perhentian IV , Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
  • Perhentian V, Yesus ditolong oleh simon dari Kirine
  • Perhentian VI, Wajah Yesus diusap oleh Veronika
  • Perhentian VII, Yesus jatuh untuk kedua kalinya
  • Perhentian VIII, Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
  • Perhentian IX, Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
  • Perhentian X, Pakaian Yesus ditanggalkan Stasi atau
  • Perhentian XII, Yesus disalibkan
  • Perhentian XIII, Yesus wafat di kayu salib
  • Perhentian XIV, Yesus dimakamkan

KITAB SUCI DAN DOA JALAN SALIB

Memperhatikan permenungan doa jalan salib dari stasi pertama sampai dengan stasi keempat belas, semuanya bersumber dari Kitab Suci Katolik khususnya terinspirasi dari Injil . Diawali dengan persiapan untuk makan Paskah oleh Yesus Kristus Bersama para Rasul-Nya (bdk Lukas 22 : 14 – 23, Injil Mateus 26 : 20 – 29; Injil Markus 14 : 17 – 25, Injil Yohanes 13 : 21 – 30). Penetapan perjamuan malam dengan percakapannya (Lukas 22 : 7-38, Mateus 26 : 20 – 35; Markus 14 : 17 – 31, Yohanes 13 : 21 – 38, Korentus 11 : 23-25).

Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus bersama para murid-Nya pergi ke Taman Getsemani. Di tempat ini, Yesus berdoa memohon kekuatan dari Allah Bapa yang telah mengutus-Nya untuk menjalankan misi keselamatan bagi umat manusia yang terjerat dalam dosa dan kedurhakaan.

Manusia sering terbelenggu oleh godaan akan kuasa—seperti yang pernah dialami Yesus saat berpuasa selama 40 hari di padang gurun. Ketika itu, si penggoda menawarkan tiga hal: keinginan daging, keangkuhan hidup, dan kekuasaan dunia (Lukas 4:1–13; Matius 4:1–11; Markus 1:12–13).

Godaan -godaan yang sama tersebut senantiasa dialami oleh manusia; manusia senantiasa dihadapkan pada tawaran untuk memuaskan keinginan daging atau kemauan untuk memuaskan hawa nafsu; keangkuhan dan kehausan akan kekuasaan yang membuahkan martabat manusia direndahkan, konflik dan permusuhan serta kebencian yang melilit dalam hati, keluarga, masyarakat bahkan konflik atau perang antar bangsa.

14 Stasi/Perhentian Penuh Makna: Renungan Jalan Salib untuk Keteguhan Iman

Selanjutnya perhatian kita terarah pada permenungan dari stasi/perhentian Jalan Salib yang satu ke stasi/perhentian yang lainnya. Dimana peristiwa Jalan Salib terdiri dari 14 stasi/perhentian. Berikut adalah 14 Stasi/Perhentian Yesus Menuju Kalvari:

Renungan Jalan Salib dalam 14 Perhentian
Gambar ilustrasi Jalan Salib: refleksi iman di 14 perhentian bersama Yesus.

Perhentian I: Yesus dijatuhi hukuman mati

Stasi Yesus dijatuhi hukuman mati bersumber dari Injil Lukas 22 : 47 – 25.; Mateus (26 : 47 -75; 27 : 1- 26); Markus (14 : 43- 65 , 15 : 1 -15); Injil Yohanes (18 : 1 27, Bab 19 : 1- 16). Yesus Kristus dihadapkan kepada para pemimpin bangsa dan para pemimpin Agama Yahudi dengan keputusan terakhir , Yesus dijatuhi hukuman mati.

Dengan renungan bahwa : Sesudah ditangkap Yesus mula-mula dihadapkan ke sidang Sanhedrin. Pada keesokan harinya Ia dibawa ke Pengadilan Pilatus. Pilatus bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Apakah tuduhanmu terhadap orang ini?” Mereka menjawab dengan mengajukan saksi-saksi dusta.

Kemudian Pilatus memanggil masuk ke dalam Gedung Pengadilan dan memanggil Yesus untuk ditanyai tentang tuduhan mereka. Tetapi Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dituduhkan mereka kepada Yesus.

Maka Pilatus berusaha melepaskan Yesus, namun oleh desakan para tua-tua, ahli-ahli Taurat dan seluruh rakyat, Pilatus menjatuhkan hukuman mati; ia menyerahkan Yesus kepada rakyat Yahudi untuk disalibkan. “Salib bagi orang-orang yang akan binasa memang merupakan kebodohan, tetapi bagi kita yang diselamatkan Salib adalah kekuatan Allah.”

Permenungan akan kisah Tuhan Yesus Kristus, kita diajak untuk mensyukuri atas pengurbanan Tuhan demi keselamatan kita. Demi kita umat-Nya Tuhan telah setia kepada kehendak Bapa meskipun harus menghadapi hukuman mati di Salib. Semoga kita pun selalu setia kepada kehendak Bapa, juga kalau karena kesetiaan itu beresiko salib atau penderitaan .

Renungan Jalan Salib dalam 14 Perhentian
Gambar ilustrasi Jalan Salib: refleksi iman di 14 perhentian bersama Yesus.

Perhentian II: Yesus memanggul Salib

Jalan Salib perhentian kedua bersumber pada Injil Mateus 27 : 28 – 31. Markus 15 :16 – 20 ; Yohanes 19 : 16 – 19. Lukas 23 : 26.

Membaca dan merenungkan bacaan – bacaan tersebut , bahwa Yesus tidak bersalah namun dijatuhi hukuman mati. Setelah diolok-olok, diludahi, dimahkotai duri dan disesah, Yesus dibawa keluar dari balai pengadilan untuk disalibkan. “Sambil memikul salib-Nya Yesus pergi ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota,” (Cfr. Yoh 19:17).

Dengan memanggul sendiri Salib-Nya, Yesus telah mengajarkan bahwa “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Cfr. Luk 9:23).

Masuk kekedalaman diri disana kita menyadari bahwa kita manusia rapuh yang layaknya terus bersyukur atas kemurahan Tuhan yang berkenan memanggul dosa-dosa kita. Kita berbuat dosa, namun Tuhan yang menanggung hukuman-Nya.

Semoga kita tidak lagi memperberat beban yang harus Tuhan Yesus tanggung. Sebaliknya semoga kita selalu berusaha meringankan-Nya dengan bertobat dan dengan meringankan beban orang lain, agar langkah kita pun lebih ringan mengikuti Tuhan.

Perhentian III: Yesus jatuh untuk pertama kalinya.

Renungan akan kisah  Yesus jatuh terinspirasi dari Injil Mateus 26: 46 “… Bangunlah marilah kita pergi , Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat. kisah perjalanan  salib menuju Gogota.  Mateus  27 : 31 – 44; Mrk  15 : 21 – 32;  Lukas 23 :  26, 33 -43; Yohanes  19 : 17 -24;  Yes 53:5.; Mark 14 : 35 – 36; Luk 22: 43-44, Ibr 5:2.

Perjalanan Yesus ke Golgota semakin lama semakin jauh meninggalkan kota. Banyak darah keluar dari luka-luka-Nya. Badan lelah, penat dan lemah. Beban Salib pun terasa semakin berat. Apalagi masih diperberat dengan penderitaan batin:ditinggalkan oleh para murid-Nya, ditolak oleh bangsa-Nya, dan dijatuhi hukuman mati sekalipun tidak bersalah. 

Sungguh bukan hanya Salib yang dipanggul Yesus, melainkan juga dosa-dosa kita. “Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kesalahan kita, hukuman yang mendatangkan keselamatan kita ditimpakan kepada-Nya.” ( Cfr. Yes 53:5)

Kelemahan fisik.  Fisik  Yesus secara nyata terungkap dalam   dalam Injil sebagai berikut : “Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Mrk 14:365-36)

Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. (Luk 22:43-44)

Tuhan Yesus Kristus, yang adalah Tuhan berkenan memanggul dosa-dosa umat ciptaan-Nya. Kita manusia yang berbuat dosa, tetapi Tuhan Allah, Yesus Kristus yang menanggung hukuman-Nya. Kita umat manusia, turut meringankan penderitaan-Nya dengan bertobat dan dengan meringankan beban orang lain, disana langkah kita lebih ringan mengikuti Tuhan kami. 

Perhentian  IV, Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
Perhentian Jalan Salib  IV, Yesus berjumpa dengan ibu-Nya

Perhentian  IV: Yesus berjumpa dengan ibu-Nya

Stasi Yesus berjumpa dengan ibu-Nya  terinspirasi  dari  Injil Yoh 19: 25-27). Bunda Maria berada di kaki  Salib Yesus (Matius 12:46-50). “Bunda Maria  mau berjumpa dengan Yesus (Markus 3 : 31-35; Lukas 8 : 19 -21).”

Para murid Yesus telah lari, sehingga Yesus harus menapaki jalan sengsara-Nya seorang diri. Tetapi dalam perjalanan sengsara ini ternyata masih ada Maria, ibu-Nya, yang setia menderita bersama Dia.. Yesus sendiri menegaskan, “Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku!” (Cfr. Mat 12:50).

Santa Perawan Maria  Bunda Yesus Kristus model kesetiaan, yang dapat diikuti  teladannya dalam mendampingi orang yang menderita; kita didorong untuk lebih berani ambil bagian dalam keprihatinan sesama, khususnya yang berada disekitar kita. Kita diundang menjadi sahabat sejati bagi orang yang menderita, dan dengan demikian menjadi sahabat Tuhan Yesus Kristus.

Perhentian  V, Yesus ditolong oleh Simon dari Kirine

Perhentian  V: Yesus ditolong oleh Simon dari Kirine

Sumber inspirasi dari  Injil Mateus 27:32; “ Ketika mereka berjalan ke luar   kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene   yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib  Yesus (Markus 15 : 20b–21). Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan.

Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib; (Lukas 23:26), Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.

Yesus sangat letih dan lemah, padahal tempat yang dituju masih jauh. “Maka para serdadu menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib Yesus diatas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus (Cfr. Luk 23:25).

Memanggul Salib merupakan ukuran kelayakan seorang pengikut Yesus, karena Yesus sendiri bersabda barangsiapa tidak memikul salib-Nya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku (Cfr. Mat 19:28)”.

Jadi, bagi orang Kristen salib sungguh tidak terelakkan. Salib adalah beban yang harus kita pikul. Namun, kita akan mampu memikul beban berat itu kalau kita saling membantu. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Maka kamu memenuhi hukum Kristus (Cfr. Gal 6:2)”.  

Melalui Simon dari Kirene, Tuhan mengajar kami untuk meringankan beban penderitaan orang lain.  Kita bersyukur karena, melalui hal-hal kecil yang kecil, kita perkenankan untuk ambil bagian dalam Salib Tuhan  yang berat. Semoga demi Tuhan Allah  kita   tidak takut menolong sesama   yang sedang menderita, apa pun resikonya, sebab  Tuhan menyertai dan model dalam  menolong  sesama.

Perhentian VI  Wajah Yesus diusap oleh Veronika
Perhentian VI: Wajah Yesus diusap oleh Veronika

Perhentian VI:  Wajah Yesus diusap oleh Veronika

Perhentian ini terinspirasi  dari Kitab Yesaya. Dalam dialognya  dengan hamba yang menderita , Nabi Yesaya mengungkapkan “Ia memberi punggung-Nya  kepada orang  yang memukul Dia; dan pipinya  kepada orang yang mencabut jenggot-Nya. Ia tidak memalingkan muka-Nya untuk kita pandang; tak ada yang menarik untuk kita inginkan. Kita menghina dan menjauhi Dia, orang yang penuh sengsara dan menanggung segala kesakitan kita. Tak ada seoarang pun mau memandang Dia, kita pun tidak mengindahkan Dia” (Yes 50 : 6; Yes 52:14 ;Yes 53:2-3).

Wajah Yesus kotor oleh darah, keringat dan debu. Semarak dan ketampanan wajah-Nya terasa sirna. Tepatlah gambaran Yesaya, “Banyak orang akan tertegun memandang Dia; begitu buruk rupa-Nya, tidak seperti manusia lagi; dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang Dia; dan rupa pun tidak sehingga kita menginginkannya; Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia” (Cfr. Yes 52:14 ; Yes 53:2-3).

Kendati begitu masih ada orang yang bersimpati pada Yesus, yakni Veronika, Ia maju mendekati Yesus, lalu mengusap wajah-Nya. Dengan tindakannya yang sederhana Veronika telah menolong orang yang menderita. Ia memberi contoh kepada kita mengamalkan amanat salah seorang Rasul Yesus, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Cfr. Rm 12:15).

Dalam kisah tampilnya Seorang  Veronika  yang dimana perempuan itu dilukiskan sebagai  tokoh yang memiliki hati yang lembut dan penuh kasih, berdesakan di antara kerumunan masa tanpa peduli dengan pandangan sinis dan hujatan yang dikirimkan oleh para penonton yang melihat aksinya ini sebagai tindakan bodoh.

Kerinduan tergores dalam lubuk hati terdalam  untuk melihat dan menghormati Yesus dan  dengan hati yang penuh kasih, ia mengusap wajah Yesus yang penuh luka dan berdarah dengan sepotong kain putih.

Dalam suatu keajaiban tak terduga, wajah Yesus yang tercetak di atas kain itu menjadi jelas dan terlihat di depan semua orang yang memiliki makna moral dan pesan universal akan cinta, pengorbanan, kebaikan dan keberanian  menciptakan dunia yang lebih baik.

Perhentian VII:  Yesus jatuh untuk kedua kalinya

Perhentian VII:  Yesus jatuh untuk kedua kalinya 

Perhentian Yesus jatuh  bersumber dari kisah perjalanan  salib menuju Golgota.  Mateus  27 : 31 – 44; Mark.  15 : 21 – 32;  Lukas 23 :  26, 33 -43; Yohanes  19 : 17 -24;  Yes. 53:7.; Mark 14 : 35 – 36; Luk 22: 43-44; Ibr. 5:2.

Kendati sudah ditolong oleh Simon dari Kirene dan wajah-Nya sudah dibersihkan, tubuh Yesus tidak bertambah segar. Salib yang menindih terasa semakin berat. Perjalanan masih jauh. Yesus semakin payah. Untuk kedua kalinya Yesus jatuh. Meskipun begitu dengan teguh hati Ia bangun. Diangkat-Nya lah kembali Salib berat itu; Ia meneruskan perjalanan tanpa mengeluh.

Apa yang dinubuatkan Yesaya kini menjadi kenyataan, “Dia dianiaya, Dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulut-Nya, seperti anak domba yang dibawa ke tempat pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya” (Cfr. Yes 53:7).

Makna moral dan pesan universal yang kita belajar dari kisah ini bahwa penderitaan terjadi  bagi semua manusia termasuk  saya dan anda dengan alasan dari dalam diri maupun dari luar diri. Pengalaman gagal dan sukses, ditinggalkan dan dijauhkan, merasa terbeban dosa  dan kerapuhan lainnya akan terus  terjadi silih berganti dari waktu kewaktu sekaligus menumbuhkan pembelajaran kerendahan hati, ketabahan, ketekunan, kebijaksanaan, tobat dan memperbaiki diri, dan keberanian untuk  bangkit dari dosa-dosa pribadi dan dosa kolektif.

Perhentian VIII: Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
Perhentian VIII: Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya

Perhentian VIII: Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya

Sumber inspirasi  dari Injil Lukas  (23:27 -28): Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi   Dia.  Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!”. 

Tatkala Yesus menapaki jalan Salib-Nya menuju Golgota, banyak orang mengikuti Dia; diantaranya banyak wanita yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah Engkau menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (Cfr. Luk 23:28).

Dengan merenungkan kisah “Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya”, kita diajak untuk  melihat ke kedalaman  diri ,hati, sikap dalam hidup  bersosial.  

Bisa jadi  Kita sering tidak punya waktu dan hati untuk orang lain. Kita sibuk dengan diri kita sendiri saja. Apalagi kita merasa bahwa penderitaan kitalah yang paling berat, dan orang lainlah penyebab penderitaan kita. “Kita sendiri susah, mana mungkin harus menghibur orang lain?” Beginilah kita sering membela diri. Yesus memberi teladan supaya kita menghibur orang lain, meskipun kita sendiri sedang menderita.

Tetapi lebih dari itu, kita perlu menangisi diri kita sendiri. Kita perlu bertobat dan mengajak orang lain untuk bertobat. Kita diajak  untuk bersyukur karena  Yesus Kristus  mengingatkan kita   akan kedosaan diri. Memenuhi amana Tuhan, kita berharap berani meratapi dosa-dosa kita .

Memohon  bantuan Tuhan  untuk  bangkit dari dosa dan kelemahan , lalu mengusahakan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Memohon bantuan  untuk memperhatikan orang-orang yang menderita di sekitar kita .

Sebab Tuhan  adalah Tuhan untuk  kita, saat  ini  dan sepanjang masa.

Perhentian IX: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
Perhentian IX: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya

Perhentian IX: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya

Hari semakin panas. Jalan yang menuju puncak Golgota semakin menanjak. Tubuh Yesus yang semakin lemah tidak mampu menahan beban Salib yang berat. Untuk ketiga kalinya Yesus jatuh, Tubuh-Nya terbanting di tanah yang berbatu-batu. Darah kemblai mengucur dari luka-luka-Nya. Dengan sisa tenaga-Nya, Yesus berusaha bangun. Yesus mau menyelesaikan perjalanan sampai ke puncak Golgota.

Cinta-Nya kepada manusia dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya memberikan kekuatan yang begitu besar kepada Yesus. Beban Yesus semakin berat kalau kita sering jatuh dalam dosa; atau kalau kita menjatuhkan orang lain.

Dengan jatuh dan bangun lagi Yesus mengajar kita untuk tidak putus asa. Kalau kita jatuh dalam dosa, kita bangun lagi.  Yesus Tuhan yang maha rahim  mengampuni dosa manusia yang belum bebas dari belenggu dosa yang memenjarakan .

Tuhan menuntun langkah manusia  juga kita mengikuti jalan-Nya; jalan menuju ke hidup yang kekal. Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang masa.

Saat merasa tertekan, resah dan terbebani dosa, Pemazmur berdoa demikian : “Tuhan Tidak ada yang sehat   pada dagingku  karena dosaku. Aku tenggelam  dalam  banjir kesalahanku,  sebab beban dosaku terlalu berat bagiku. Aku remuk redam dan  kehabisan tenaga,  aku merintih karena hatiku resah. Tuhan, Engkau tahu segala keinginanku, keluh kesahku tidak tersembunyi bagi-Mu” (bdk. Mzm 38 : 3-4, 8-9).

Dalam surat pertama Petrus tertulis demikian: “Kristus sendiri sudah menderita untuk kita, dan dengan itu Ia memberikan  kepada kita  suatu teladan, supaya kita mengikuti jejak-Nya. Ia tidak  pernah berbuat dosa, dan tidak pernah seorangpun mendengar Ia berdusta. Pada waktu Ia dicaci maki, Ia tidak membalas  dengan caci maki.  Sewaktu Ia menderita, Ia tidak mengancam; Ia hanya menyerahkan perkara-Nya kepad Allah, Hakim yang adil itu. Kristus    sendiri memikul dosa-dosa kita pada  diri-Nya di atas kayu salib, supaya kita bebas  dari kekuasaaan dosa, dan hidup menurut kemauan Allah. Luka-luka Kristuslah yang menyembuhkan kita” (bdk. 1Ptr 2 : 21 -24).

Sebab kesalahanku telah menimpa   kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat  bagiku. Luka-lukaku   berbau busuk bernanah oleh karena kebodohanku; aku terbungkuk-bungkuk,  sangat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita. Sebab pinggangku penuh radang,  tidak ada yang sehat   pada dagingku;  aku kehabisan tenaga dan remuk redam,  aku merintih  karena degap-degup jantungku  (Mzm 38 : 3-4, 8-9).

Perhentian X: Pakaian Yesus ditanggalkan
Perhentian X: Pakaian Yesus ditanggalkan

Perhentian X: Pakaian Yesus ditanggalkan

Permenungan  akan perhentian “Pakaian Yesus ditanggalkan,” bersumber dari Kitab Suci, bagian Injil Mateus (27:31): Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya.”

(Yohanes  19:23) Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian-dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja (19:24). Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.”

Sesampai di puncak Golgota para prajurit menanggalkan pakaian Yesus dengan paksa. Mereka mengambil pakaian Yesus, lalu membaginya menjadi empat bagian; untuk tiap-tiap prajurit satu bagian.

Demikian juga jubah-Nya mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas sampai ke bawah hanya satu tenunan. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: “Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatkannya.” Maka genaplah yang ada tertulis dalam  Kitab Suci, “Mereka membagi-bagikan pakaian-Ku diantara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku” (Cfr. Yoh 19:23-24; Mateus  27:31).

Yesus telah menjadi manusia yang paling hina. Bagaimanakah sikap kita terhadap-Nya? Sudahkah kita melakukan seperti yang dikatakan Yesus pada hari penghakiman?

“Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Sebab sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini kamu melakukannya untuk Aku” (Cfr. Mat 25:36).

Perhentian XI:  Yesus disalibkan
Perhentian XI:  Yesus disalibkan

Perhentian XI:  Yesus disalibkan

Permenungan  akan perhentian “Yesus disalibkan” , bersumber dari Kitab Suci  : Lukas 23:33-43; Yohanes 19:16-37; Markus  15 : 20b – 32; Mateus 27 : 27 -31 ; Ibr 13:12.

Sampailah mereka di tempat yang bernama Golgota, yang berarti tempat tengkorak. Para serdadu memberikan anggur bercampur mur kepada Yesus, tetapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia (Cfr. Mrk 15:22-24a; Yohanes 19 : 18; Lukas 23 : 33).

… Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus, “Manusia lama kita telah turut disalibkan bersama Yesus, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Cfr. Rm 6:6).

Dengan merenungkan Yesus yang disalibkan, kita sebagai umat-Nya diajak untuk senantiasa bersyukur. Sebab, Tuhan Yesus Kristus rela menanggung sengsara di kayu salib demi membebaskan umat manusia dari kuasa dosa.

Dalam permenungan ini, kita juga memohon rahmat pertobatan dan kekuatan untuk mematikan dosa-dosa pribadi, agar suatu hari nanti kita pun bangkit dari kelemahan dan kerapuhan hidup.

Perhentian XII: Yesus wafat di kayu Salib
Perhentian XII: Yesus wafat di kayu Salib

Perhentian XII: Yesus wafat di kayu Salib

Inspirasi  kisah “Yesus wafat di kayu Salib” yakni :  Injil Mateus 27 : 45 -56; Markus  15 : 33 – 41 ; Lukas  23 : 44 -49 ; Yohanes  19 : 28 – 30.

Ketika itu hari sudah kira-kira pukul duabelas siang, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai pukul tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, “Ya Bapa , ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Cfr. Luk 23:44-46)

Kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesus menjadi sangat takut menyaksikan wafat Yesus secara demikian. Mereka berkata, “Sungguh orang ini adalah Anak Allah!” ( Mat 27:54).

“Jika kita telah mati bersama Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga bersama Dia. Maka hendaklah kita semua sadar; kita telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:8). 

Melalui wafat-Nya di Salib, Tuhan Yesus Kristus telah menghantar  kita umat manusia pada keselamatan. Juga mengingatkan   kita yang telah mengenal misteri Salib agar terbuka hati mengamalkannya di dunia ini dalam pengharapan akan menikmati  penebusan dalam Kerajaan Surga bersama Kristus Yesus Tuhan kita. Kita peziarah pengharapan.

Perhentian XIII  Yesus diturunkan dari Salib
Perhentian XIII  Yesus diturunkan dari Salib

Perhentian XIII  Yesus diturunkan dari Salib

Kisah  Yesus diturunkan dari Salib,  bersumber  dari Injil    Markus  15 :  46. Injil Lukas  23 : 50 – 53 a ;  Injil Mateus  27 : 57 – 61; Mrk. 15 : 42 -47; Lukas 23 : 50 -56; Injil Yohanes 19 : 38 – 42.

Di kaki salib, berdirilah Maria, Bunda Yesus, ditemani oleh Maria istri Kleopas dan Maria Magdalena. Mereka tetap setia mendampingi Yesus hingga akhir hayat-Nya. Dalam keheningan yang menggetarkan, salah seorang prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak. Seketika itu juga, mengalirlah darah dan air dari tubuh-Nya—sebuah simbol kasih yang dicurahkan tanpa batas, hingga tetes terakhir (Cfr. Yoh 19:25 ; Yoh 19:nbsp ; 34).

Hari mulai malam. Maka Yusuf dari Arimatea, yang telah menjadi murid Yesus, memberanikan diri menghadap Pilatus untuk meminta jenazah Yesus. Pilatus terkejut waktu mendengar Yesus sudah mati. Namun setelah mendengar kepastian dari kepala pasukan, ia berkenan memberikan jenazah Yesus (Yoh 19 : 38).

Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan  mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu (Cfr. Mrk 15:42-46).

Maria menerima jenazah Yesus di pangkuannya. Maria melaksanakan apa yang pernah dikatakannya, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah keapdaku menurut perkataanmu” (Cfr.Luk 1:38).

Santa Maria, Bunda Yesus Kristus yang tidak bernoda   menjadi teladan setia orang beriman. Patron  beriman kepada Allah; Ketika Yesus menderita, ia tetap setia berada di samping-Nya. Tuhan Yesus Kristus telah memperbaharui dunia lewat sengsara-Nya yang mengagumkan.

Kita, umat-Nya, memohon agar Tuhan mencurahkan karya belas kasih-Nya ke dalam hati kita. Semoga kita senantiasa mengingat misteri agung ini dan mampu mengabdikan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, Tuhan kita.

Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan
Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan

Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan

Terinspirasi dari Injil Mateus  (27 : 57 – 61); Mrk. (15 : 42 -47); Lukas (23 : 50 -56); Injil Yohanes (19 : 38 – 42). Bahwa ada seorang Yusuf  dari Arimatea yang pergi menghadap  Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkan mayat Jesus kepadanya. Yusuf mengambil tubuh Yesus, membungkus-Nya dengan kain lenan yang putih bersih, dan membaringkan-Nya di dalam kubur baru yang telah ia gali di bukit batu. Setelah itu, ia menggulingkan sebuah batu besar untuk menutup pintu kubur itu.

“Para murid mengambil jenazah Yesus dan mengafaninya dengan kain lenan, dan memburatinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat tempat Yesus disalibkan ada sebuah kubur baru yang didalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Maka mereka membaringkan mayat Yesus disitu” (Cfr. Yoh 19:40-42).

“Kita semua, yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Oleh pembaptisan kita telah dikuburkan bersama-sama Dia, supaya, sama seperti Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup secara baru” (Cfr. Rm 6:3-4).

Melalui permenungan ini kita , umat manusia menyadari  bahwa Tuhan Yesus Kristus,   telah turun ke bumi dan naik ke surga dengan mulia. Kita berharap umat-Nya yang telah dikuburkan bersama Tuhan dalam pembaptisan, boleh bangkit pula bersama Tuhan untuk hidup abadi.

Doa  jalan   Salib Yesus Kristus, merupakan  doa devosi umat kristiani yang mencintai jalan penderitaan, wafat menuju kebangkitan Bersama Yesus Kristus penebus, penyelamat manusia yang tenggelam  dalam lumpur  dosa.

“Nilai -nilai dasar kemanusiaan yang juga nilai – nilai kristiani  dapat diwariskan dari generasi yang satu kepada generasi berikut melalui pembiasaan dalam keseharian hidup” (Agatha Fios, Sr. Ancilla PRR).

”Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Lukas 18:27-31.

Daftar Pustaka

Komisi Liturgi Keuskupan Agung. (2005). Kidung Syukur. Jakarta
Pusat Musik Liturgi. (1980). Madah Bakti. Yogyakarta
IKAPI. (1970). Bapa Kami (Himpunan Doa Pilihan Untuk Keperluan Ibadat Bersama. Ende: Nusa Indah.
Kongregasi Suster Putri Renha Rosari (PRR). 2020. Hendak Berlindung – 40 Ibadat Doa Rosario. Kanisius: Yogyakarta
“Ilustrasi 14 perhentian Jalan Salib” dari Iman Katolik (https://www.imankatolik.or.id/jalansalib.html).
“Yesus Memikul Salib ke Kalvari” dari Gereja Katolik (https://vatikankatolik.id/yesus-memikul-salib-ke-kalvari-renungan-st-alfonsus/)


2 Komentar

Ibadat Jalan Salib Sekolah Yayasan Pendidikan Umum St. Lukas - stlukaspad.sch.id · April 9, 2025 pada 7:25 am

[…] “Doa jalan salib sebagai kegiatan spiritual ini sebuah jalan mengakarkan, menyuburkn nilai -nilai yang asli dan mendasar dalam kehidupan manusia yang bermartabat dengan berprinsip kebahagiaan yang pada hakekatnya terletak pada berbagi hidup.” Kutipan renungan Suster Ancilla Fios, PRR yang menyajikan renungan Jalan Salib 14 Stasi dengan sentuhan batin yang kuat dan menyentuh hati. Selengkapnya baca di sini: Renungan Jalan Salib Katolik-14 Stasi. […]

Legio Maria SD St. Lukas I di Masa Prapaskah - stlukaspad.sch.id · April 11, 2025 pada 8:07 am

[…] Baca Renungan Jalan Salib oleh Suster Ancilla di sini -> Renungan Jalan Salib Katolik: 14 Stasi […]

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terima kasih sudah mengunjungi Webstie ini